LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS (DM)

Selasa, 30 November 2010

I. KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddart, 2002). Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (FKUI, 1998).


Jadi Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan miokroskop electron.

B. Etiologi
1. IDDM
a. Faktor genetik : individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor Immunologi : adanya suatu respon autoimun yang abnormal, dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara tereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing autoantibodi terhadap sel-sel Pulau Langerhans dan insulin endogen (internal). Terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I.
c. Faktor Lingkungan : virus/toksin tertentu dapat memicu proses autoimun.




2. NIDDM
Faktor genetic
Faktor-faktor risiko tertentu : usia ( resistensi insulin meningkat pada usia lebih dari 40 tahun ), obesitas, riwayat keluarga kelompok etnik, diit.

C. Patofisiologi
Genetik Imunologik Lingkungan

Tipe antigen HLA Responn albumin Virus/toksik

Antibobi memicu proses autoimun

Sel beta pulau langerhans
Dan insulin endogen

Diabetes mellitus


Hilangnya nafsu makan kesemutan pada ekstermitas bisa mengulur diit
Muntah sering haus
Perubahan nutrisi
Banyak minum
Penurunan BB drastic
Sering kencing
Lemah, letih, lesu kelelahan


Mata kabur cedera
Ggn penglihatan
Perlukaan





Px bertanya tentang penyakitnya
Px tampak gelisah
Px selalu ingin didampingi o/ orang terdekat





II. KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
Data subjektif : pasien mengeluh lemah, letih, lesu, sering haus, banyak minum, sering kencing, penurunan BB drastic, kesemutan pada ekstermitas, mata kabur/ gangguan penglihatan, kulit kering, hilang nafsu makan, tidak bisa mengulur diit.
Data objektif : demam, disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, koma,muntah, gelisah,luka yang sulit sembuh.

B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d defisiensi insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh njaringan).
2. Kekurangan volume cairan b/d diuresis osmotic
3. Risiko terhadap perubahan suhu tubuh b/d efektifnya termoregulasi sekunder akibat infeksi.
4. Risiko tinggi infeksi (sepsis) b/d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit.
5. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic.
6. Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual b/d gangguan penglihatan.
7. Ansietas b/d pengobatan atau kurang informasi.
8. Penatalaksanaan terapeutik tak efektif b/d kurang pemgetahuan.
9. Kerusakan integritas kulit b/d luka/ ulkus diabetic.
10. Nyeri b/d kerusakan integritas kulit.

C. Perencanaan
1. Diagnosa 1
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari.
Rasional : mengkaji masukan nutrisi yang adekuat.
b. Tentukan program diit dan pola makan pasien.
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan kebutuhan terapeutik.
c. Observasi tanda-tanda hipoglikemia ( perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin, nadi cepat, sakit kepala).
Rasional : metabolisme karbohidrat mulai terjadi, gula darah akan berkurang, semantara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia terjadi.
d. Kolaborasi dala pemberian insulin secara teratur.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memudahkan glukosa kedalam sel.
2. Diagnosa 2
Intervensi:
a. Pantau tanda vital.
Rasional : hipoolume dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
b. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi
c. Pertahankan untuk memberikan cairan 250 cc/hari dalam batas yang dapat ditoleransi oleh jantung.
Rasional : mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi
d. Beri terapi cairan sesuai dengan indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung kepada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
3. Diagnosa 3
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : Indikasi terjadinya infeksi
b. Observasi keadaan kuilit dan sirkulasi
Rasional : Keadaan kulit yang kering dan adanya lesi menimbulkan perubahan suhu tubuh
c. Kaji tandas-tanda dehidrasi
Rasional : konserpatif dalam memberikan tindakan
d. Observasi masalah yang dapat memberatkan hipotermia/hipertermia.
Rasionalmencegah kondisi yang semakin buruk.
4. Diagnosa 4
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktifitas
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatan aktifitas
b. Bentuk aktifitas alternative dengan periode istirahat yang cukup
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebih
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
Rasional : Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat ditolerandsi
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri/ harga diri pasien.
5. Diagnosa 5
Intervensi :
a. Gunakan teknik steril sewaktu penggantian balutan
Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial
b. Gunakan sarung tangan waktu merawat luka
Rasional : mencegah pencegahan infeksi
c. Pantau kecendrungan suhu
Rasional : Hipotermi adalah tanda-tanda penting yang merefleksikan perkembangan status shock/ penurunan perfusi jaringan
d. Berikan obat anti infeksi sesuai dengan petunjuk
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum/ penyakit khusus.
6. Diagnosa 6
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : sebagai dasar dalam membandingkan temuan abnormal
b. Lindungi pasien dari cedera
Rasional : Pasien mengalami disorientasi merupakan awal terjadinya cedera
c. Selidiki adanya keluhan parasetia, nyeri/ kehilangan sensori pada kaki/ paha
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatka rasa tidak nyaman yang berat
d. Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditentukan
Rasional : Gangguan terhadap aktifitas, kejang biasanya hilang bila keadaan hiperosmolalitas teratasi.
7. Diagnosa 7
Intervensi :
a. Evaluasi tingkat ansietas
Rasional : ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat
b. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipsi tindakan
Rasional : mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
c. Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : menciptakan terapi yang terapeutik
d. Berikan obat anti ansietas
Rasional : menurunkan pengaruh dan sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
8. Diagnosa 8
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : mananggapi dan memperhatika perlu diciptakan sebelum bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
b. Diskusikan topik-topik utama yang berhubungan dengan penyakitnya
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
c. Hindari kesan menekan
Rasional : partisipasi dalam perencanaan
d. Usahakan untuk menemukan kecocokan
Rasional : pemahaman tentang aspek yang digunakan.
9. Diagnosa 9
Intervensi :
a. Pantau kulit untuk luka terbuka
Rasional : memberikan informasi tentang sirkulasi kulit
b. Ganti balutan sesering mungkin
Rasional : mempertahankan kulit sekitar luka tetap bersih
c. Kolaborasi dalam irigasi luka, bantu dalam melakukan debridement sesuai kebutuhan
Rasional : membuang jaringan nekrotik pada luka
d. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.
10. Diagnosa 10
Intervensi :
a. Pantau lokasi nyeri
Rasional : ketahui lokasi nyeri secara pasti
b. Dorong menggunakan teknik management stress seperti nafas dalam.
Rasional : membantu pasien untuk relaksasi
c. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan gerak
Rasional : dapat memperbaiki sirkulasi jaringan
d. Berikan obat sesuai indikasi (analgetik)
Rasional : menurunkan nyeri/ spasme otot.

D. Pelaksanaan
Sesuai intervensi

E. Evaluasi
1. Nuitrisi pasien adekuat
2. kebutuhan cairan pasien adekuat
3. Tidak terjadi hipotermi/hipertermi
4. Tidak terjadi infeksi
5. Pasien lebih bertenaga
6. Tidak terjadi perubahan persepsi sensoris
7. Tidak cemas
8. Pasien dapat melaksanaakan terapeutik sexara efektif
9. Integritas kulit baik
10. Nyeri berkurang/terkontrol
Daftar Pustaka :
Smeltzer Swan (2001) Buku Ajar Medikal Bedah Jakarta ; EGC
Carpenito,Lynda Juall (2000) Diagnosa Kperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Jakarta : EGC
Doengos, Marylin E (1999) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

0 komentar: